Beraneka raga keindahan alam Indonesia sehingga memunculkan keunikan
tersendiri di alam Indonesia, dimana terdapat 7 Keunikan di Alam
Indonesia yang terbaik menurut fakta menarik yang dapat anda lihat di
sini :
1. Ubur-Ubur Tidak Menyengat ( Danau kakaban Kaltim)
Banyak turis yang takut tersengat ubur-ubur. Tapi tidak di Danau
Kakaban di Berau, Kaltim. Danau ini memiliki ubur-ubur langka yang tak
menyengat. Hanya ada 2 tempat di dunia! Satu lagi di Palau, Samudera
Pasifik tapi informasi tebaru di sampaikan adalah raja ampat di papua
juga memiliki ubur – uburt tidak menyengat.
Pulau Kakaban masuk dalam deretan pulau yang ada di Kepulauan
Derawan, Kalimantan Timur. Sama seperti pulau lain di sana, Kakaban juga
memiliki garis pantai yang cantik dengan air laut jernih. Namun hal
yang mengagumkan, pulau kakaban memiliki danau air payau lengkap denan
ubur-ubur tak menyengat, Danau Kakaban namanya.
Danau Kakaban memiliki anemon yang berwarna putih, dan ubur-ubur yang
kehilangan kemampuan menyengat. Danau Kakaban juga sangat terkenal di
dunia sebagai danau yang memiliki 4 jenis ubur-ubur yang berbeda.
Keempat jenis ubur-ubur tersebut adalah ubur-ubur bulan, ubur-ubur
totol, ubur-ubur kotak, dan ubur-ubur terbalik.
Ubur-ubur yang terdapat di danau kakaban berada di dasar danau dengan
tentakel menghadap ke atas. Suatu hal yang aneh, karena umumnya
ubur-ubur berada di atas dengan tentakel menghadap ke bawah. Wisatawan
pun berenang di danau bersama ubur-ubur tanpa perlu takut iritasi akibat
disengat hewan ini.
2. Garam di atas gunung, ( Gunng Krayan, Kaltim)
Menurut legenda setempat, garam gunung ditemukan oleh seorang
pemburu. Sang pemburu menembak seekor burung dengan sebuah sumpit dan
burung tersebut jatuh ke rawa-rawa di hutan. Pemburu tersebut lalu
mengambil burung yang mati itu, kemudian mencabuti bulu-bulunya serta
mencucinya di dalam air rawa dan kemudian pulang ke rumah.
Saat di rumah, ia memanggang burung tersebut dan sangat terkejut
dengan rasa dagingnya. Belum pernah ia merasakan daging seperti itu
sebelumnya. Pemburu tersebut kembali ke tempat awal di mana ia
mendapatkan burung itu serta melihat sekeliling untuk mencari tahu
mengapa daging burung tangkapannya terasa begitu gurih.
Ia mencicipi air yang berada di rawa-rawa dan akhirnya menyadari
bahwa air disana berbeda dengan air biasa. Sejak peristiwa itu,
masyarakat di sana mulai menggunakan air tersebut untuk memasak makanan
hingga mereka menemukan cara untuk menguapkan air lalu mengubahnya
menjadi kristal garam.
Saat ini dataran tinggi Jantung Borneo menghadirkan beragam
pemandangan yang mempesona. Hamparan sawah luas yang dikelilingi pohon
bambu dan buah-buahan terletak di lereng gunung dan ditutupi dengan
hutan yang lebat, serta sungai yang berliku dan berjeram menjadi salah
satu pemandangan yang khas disana.
Pemandangan alam di dataran tinggi Jantung Borneo tersebut juga
dikondisikan oleh penggarapan area serta sumber daya alamnya. Saat ini,
masyarakat dan alam sekitar nampaknya telah bekerja sama dengan baik
untuk membuat sebuah pemandangan menakjubkan dengan cara yang indah dan
berkelanjutan.
Yang unik dari dataran tinggi disana adalah tingginya konsentrasi air
garam yang tersebar di lembah-lembah aluvial yang relatif datar.
Sebagian besar berada di daerah rawa yang rendah, dan yang lain mengalir
dari kaki bukit di hutan serta bercampur dengan air sungai. Saat ini
ada 33 mata air garam yang diketahui terdapat di dataran tinggi Krayan,
namun tidak semuanya dapat digunakan untuk memproduksi garam gunung,
atau dalam bahasa lokal disebut tucu’ (Jayl Langub, 2012).
3. Fosil Penyu dan batu karang (Gua Batu cermin, Manggarai Barat , NTT)
Sebuah gua di Kampung Wae Kesambi, Flores Barat memiliki keanehan
menarik, dimana dalam gua yang berada di darat, ada fosil penyu dan juga
batu karang. Gua Batu Cermin berada di Kampung Wae Kesambi, Kecamatan
Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores Barat, NTT. Letaknya 2,5 km
dari Labuan Bajo. Di dalam gua yang pertama kali ditemukan tahun 1951
ini tersimpan sebuah misteri.
Hal ini ditemukan fosil penyu menempel di dinding gua. Yang tak kalah
aneh adalah, ada juga batu karang di salah satu gugusan batu yang ada
di sana.
Selain itu, di luar itu, Gua Batu Cermin juga memiliki anomali yang
cukup unik. Batu yang ada di sini masih mengandung garam. Tapi, tidak
semua batu akan terasa asin. Hanya batu yang berkilau saja yang asin.
Karena kilau itu berasal dari garam yang dikandung batu tersebut.
Ada yang harus diperhatikan saat mengeksplorasi batu-batu berkilau.
Karena sebenarnya, batu ini memiliki sifat seperti makhluk hidup yaitu
bertumbuh. Kala air mengalir melalui batu-batu itu, mereka semakin
menebal dan berkilau. Kilau ini akan menghilang jika bersentuhan dengan
tangan manusia terlalu lama atau sering.
4. Pasir Pantai Merah Muda, (Pulau Komodo, NTT)
Pink Beach adalah sebutan yang diberikan para turis asing pada salah
satu pantai di Pulau Komodo, Provinsi Nusa Tenggara Timur . Sebagian
orang mengenalnya sebagai Pantai Merah.
Pantai Merah atau Pink Beach adalah salah satu pantai indah yang ada
di Pulau Komodo . Pantai ini dijuluki Pantai Merah atau Pink Beach
karena warna pasirnya yang merah. Sebenarnya, tidak seluruh pasirnya
berwarna merah, tetapi campuran antara pasir putih dan merah.Kalau dari
jauh, perpaduan warna ini membuat pasir pantai tampak berwarna merah
muda atau pink.
Selain warna pasirnya yang unik, pantai ini juga menarik karena kaya
akan ikan dan terumbu karang. Kurang lebih 1000 jenis ikan, ratusan
jenis karang, koral, dan 70 jenis tanaman sponge hidup di pantai ini.
Karena itulah, pantai ini sangat cocok bagi pecinta laut untuk kegiatan
snorkeling dan menyelam.
Sayangnya, air laut di sini dikenal memiliki arus yang cukup kuat.
Arus kuat ini terjadi akibat adanya pertemuan air laut tropis dari utara
dan air laut dari selatan.
Meskipun memiliki pemandangan yang indah, Pantai Merah belum banyak
dikunjungi oleh wisatawan. Setiap orang yang ingin berkunjung kemari,
maka harus ditemani oleh jagawana, sebutan bagi petugas perlindungan
Taman Nasional Komodo (TNK). Sebab, biasanya, komodo suka berjemur di
pantai ini.
5. Danau Tiga Warna,( Ende NTT)
Di pulau Flores Terdapatnya sejumlah gunung berapi menjadikan Flores
lebih subur, asri, dan menghijau dibanding pulau-pulau lain di wilayah
NTT. Pepohonan di sepanjang perbukitan dan pegunungan tumbuh tegak.
Demikian pula berbagai jenis satwa liar, ikut melengkapi kekayaan
sumberdaya alam hayati di wilayah ini.
Pantai yang indah serta lautan dengan keanekaragaman biota lautnya
membuat pulau ini sungguh menarik. Dilengkapi dengan keragaman sosial
budaya dan adat istiadat masyarakatnya, menjadikan Flores sebuah rantai
obyek wisata potensial. Mata rantai wisata alam di Flores terbentang
dari barat ke timur.
Dimulai dari Taman Nasional (TN) Komodo dengan kadal raksasanya
Komodo (Varanus komodoensis), Taman Nasional (TN) Kelimutu dengan danau
tiga warnanya, Taman Wisata Laut 17 Pulau Riung dengan hamparan terumbu
karang yang utuh serta aneka ikan hiasnya, Taman Wisata Alam Laut Teluk
Maumere dengan keindahan ekosistem lautnya, hingga perairan Lamalera di
kecamatan Nagawutung (Lembata-Flores Timur), yang terkenal dengan
penangkapan Ikan Paus secara tradisional.
Dari sekian mata rantai tersebut, Danau Tiga Warna Kelimutu di
Kabupaten Ende merupakan obyek wisata yang paling spesifik, unik, dan
sangat langka yang tidak akan pernah dapat dijumpai di tempat mana pun
di dunia. Oleh karena keunikan itu, pemerintah telah menetapkan kawasan
ini sebagai areal konservasi (taman nasional) dengan nama Taman Nasional
Kelimutu.
Obyek wisata alam yang menjadi daya tarik utama di TN Kelimutu adalah
Tiga Danau Warna. Warna air danau ini berlainan meskipun ketiganya
terletak berdampingan.
Tiwu (sebutan masyarakat setempat untuk Danau) Nuwa Muri Ko’ofai, dan
Tiwu Ata Polo terletak sangat berdekatan dan hanya dipisahkan oleh
sebuah pematang yang sangat tipis dan rawan runtuh (tidak bisa
dilewati). Danau lainnya, yaitu Tiwu Ata Mbupu letaknya menyendiri di
sebelah baratnya.
Warna air ketiga danau tersebut selalu berubah-ubah. Pada tahun
1950-an air Tiwu Ata Mbupu berwarna biru muda, Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai
berwarna hijau krem, dan Tiwu Ata Polo berwarna merah darah. Pada
periode tahun 1998-2001, air Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai telah mengalami
perubahan dari warna hijau menjadi putih dan kembali lagi ke warna
hijau. Air Tiwu Ata Mbupu berwarna coklat, dan air Tiwu Ata Polo
berwarna coklat kemerah-merahan.
Di tahun 2012-2013 ini, warna air Tiwu Nuwa Muri Ko’ofai dan Tiwu Ata
Polo relatif sama, yaitu biru muda, sedangkan Tiwu Ata Mbupu berwarna
hijau lumut.
Selain disebabkan oleh aktivitas gunung berapi Kelimutu, perubahan
ini juga diduga sebagai kibat pembiasan cahaya matahari, adanya mikro
biota air, terjadinya zat kimia terlarut, serta akibat pantulan warna
dinding dan dasar danau.
6. Air Panas di Pinggir Pantai ( Tidore)
Onsen alias pemandian air panas tak hanya ditemui di Jepang saja.
Tidore di Maluku Utara juga punya. Lebih asyiknya lagi, letaknya berada
di tepi pantai. Traveler bisa mandi air panas sembari melihat keindahan
pantai.
Akesahu, begitulah nama mata air panas ala Onsen di Jepang. Bedanya,
Akesahu adalah produk asli Tidore. Cuma di Akesahu, traveler bisa mandi
air panas dengan santai di pinggir pantai.
Akesahu merupakan fenomena alam yang tidak akan dijumpai di pantai
lain pada umumnya. Letak Akesahu berada di sekitar Pelabuhan Rum,
pelabuhan utama di Tidore. Satu yang unik lagi, meskipun terletak di
tepi pantai, namun mata air panas yang ada di Akesahu rasanya tetap
tawar.
7. Pasir Putih di bukit Lembah Balem ( Papua )
Ada sebuah surga yang terletak di Desa Aikima, Lembah Baliem.
Matahari bisa sangat pelit disini, sinarnya kadang direbut oleh selimut
kabut. Dahulu, dipagi hari, kabut tebal selalu turun menutupi lembah.
Kabut ini benar-benar tebal sehingga jarak pandang pejalan kaki pun
sangat terbatas. Tak jarang pesawat yang hendak masuk ke Wamena harus
kembali lagi ke Jayapura karena kesulitan untuk mendarat. Saat ini
walaupun tidak lagi setebal dahulu, kabut masih setia menghiasi
keindahan alam Lembah Baliem dan seolah mempertegas unsur mistis yang
dimilikinya.
Lembah Baliem terletak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan
laut, dipagari pegunungan Jayawijaya. Tak terjamah pesisir pantai, jauh
dari laut. Namun uniknya Bumi Cendrawasih ini mempunyai pasir putih
tanpa laut. Pasir di kawasan ini adalah pasir kuarsa yang menjadi bahan
dasar pembuatan gelas dan material lain yang bernilai tinggi. Tapi
masyarakat Wamena enggan menjadikannya sebagai komoditas tambang. Mereka
lebih memilih melestarikan kawasan ini.
Pasir Putih ini bukanlah wisata pantai, melainkan daerah perbukitan
batu indah yang dihiasi aliran pasir seputih salju memantulkan cahaya
matahari hingga tampak bak kristal. Bukit pasir ini juga ditumbuhi pohon
perdu diselimuti lumut yang konon berusia hingga ratusan tahun. Selain
itu, dari atas bukit Pasir Putih kita dapat menikmati pemandangan
Distrik Pikke yang dihiasi oleh padang rumput hijau dan rawa-rawa bening
dengan batuan unik.
Walau pun namanya lembah, namun cuacanya bisa sangat ekstrim. Panas
terik menyengat kulit di Siang Hari, dingin menusuk di malam hari,
bahkan bisa mencapai 10 hingga 15 derajat Celsius. Angin akan dengan
kejam menderu-deru, terkadang mendesing, terkadang melengking. Siapkan
baju tebal dan hangat, jika tidak, udara disini akan membuat kulitmu
kering dan pecah-pecah.
Perjalanan ke tempat ini akan menjadi sebuah perjalanan yang tak
terlupakan. Cukup mudah untuk mencapainya, lokasi ini cukup dekat dengan
Kota Wamena, hanya sekitar 15 menit perjalanan. Sudah ada jalan setapak
dengan kontur lanskap mendatar, lokasinya pun tak jauh dari jalan raya.
Banyak pemandangan indah yang akan menyapa kita dari kiri dan kanan
jalan. Rumput hijau membungkus wajah para gunung. Padang luas diselingi
suara gemericik air sungai yang jernih. Membuat kita serasa diterbangkan
ke sebuah negeri surga. Tak heran jika tempat ini menjadi langganan
festival Lembah Baliem setiap tahunnya dengan ratusan turis asing dan
domestik membanjiri.
Bagaimana pasir putih ini bisa sampai di sebuah desa di tengah-tengah
Lembah Baliem, ribuan kilometer jauhnya dari pantai? Berdasarkan sains,
pasir putih ini ada karena bentukan alam. Informasinya, Lembah Baliem
dulu adalah sebuah danau raksasa bernama Wio. Sekitar tahun 1813,
terjadi gempa yang menyebabkan pergeseran dan perubahan geologi. Dari
situ terbentuk pula Sungai Baliem yang meliuk di tengah lembah ini.
Konon, pasir putih Desa Aikima adalah salah satu sisi danau purba
tersebut.
Home »Unlabelled » 7 Keunikan di Alam Indonesia